Tuesday, July 1, 2014
Hari ini tak adalagi gadis-gadis yang akan
mengutuk pintu kamar pagi-pagi (baca: yu jin dan Sally ) dan saya pun sudah menyiapkan
strategi dengan meminta tolong ke bang febri di lantai bawah untuk membangunkan
ku di kala Sahur datang. Saya bergegas bangun dari asrama Duksung. Menyiapkan perbekalan untuk berbuka jikalau nanti tak ada satupun yang bisa dimakan. Ramadhan kali ini benar-benar memberi kenangan dan pelajaran yang berharga. Menjadi minoritas dimanapun itu tidak enak, namun disinilah manusia diuji kadar imannya. Seberapa kuat kah ia bertahan atau justru akan terpelosok terbawa arus dan menganggap semua menjadi biasa halal dan sah saja? Entahlah
Yu jin dan Sally yang sangat baik hati
***
Saya terpisah dari rombongan, karena kehabisan kuota, dua orang rekan saya mendapatkan fieldtrip berbeda dengan saya. Saya mendapatkan jatah DMZ tour
yaitu wisata sejarah korea selatan untuk menggunjungi area perbatasan di Korea
Utara. Untungnya ada bang febri dan juga ka asharin dari UGM yang juga terpisah
dari temannya, sehingga jadilah kami bertiga dari Indonesia satu bus dalam satu
kelompok.
Menikmati jalanan kota di korea yang tertata rapi, menuju daerah
perbatasan Korea Utara, karena sedang musim panas, matahari serasa hanya
berjarak sepenggal. Kehausan, pasti. Namun tetap berpuasa adalah satu
kewajiban,hehe termasuk saat acara makan siang di restoran yang cukup elit dan
katanya bisa menikmati sepuasnya, kami pun hanya foto-foto makanannya saja
sebagai kenangan.
Korea adalah satu-satunya negara yang membagi dua wilayahnya di dunia.
Setelah berakhirnya Perang Korea di tahun 1953, Korea Selatan dan Korea
Utara sepakat untuk membagi wilayah mereka menjadi dua. Dua kilometer di
sisi perbatasan ini, disebut dengan Demilitarized Zone (DMZ). Sebagai
salah atu peninggalan sejarah dari Perang Dingin, kawasan ini menjadi
salah satu destinasi wisata para turis manca negara. Terlepas dari
penjagaan yang ketat, tempat wisata ini banyak direkomendasikan karena
keunikannya yang membantu kita memahami konflik yang terjadi di Korea.
Tidak lama kemudian bus segera meluncur melalui
jalan bebas hambatan terus ke utara menuju perbatasan ke tempat yang disebut
Imjingak Park. Setelah turun dari bus kami menuju sebuah jembatan yang oleh
guide disebut sebagai Freedom Bridge yang pada ujung jembatan ada dua bendera
korea selatan dan banyak tulisan yang ditempelkan dalam bahasa korea Tempat ini
merupakan sebuah jembatan yang di sisi utaranya tertutup pagar karena sudah
merupakan bagian DMZ. Menurut pemandu ini merupakan “wish list” atau harapan
rakyat Korea agar kedua negara dapat bersatu kembali. Jembatan ini khusus
dibangun untuk membebaskan 12.773 tahanan perang pada 1953. Tahanan tadi menuju
jembatan ini dengan mobil dan kemudian menyebrang dengan jalan kaki menuju
kebebasan . Itulah sebabnya jembatan ini kemudian disebut Bridge of freedom.
DMZ atau Korean Demilitarized Zone merupakan Zona
Netral diantara Korea Utara dan korea Selatan , panjang 248 km dan lebar hampir
4 km. Jalur yang melintasi Semenanjung
Korea ini berguna sebagai zona penyangga antara Utara
dan Selatan
Korea.
DMZ ini sebenarnya adalah tour yang berbahaya, sehingga harus bersama agen
perjalanan jika akan melalakukannya, untungnya, kami dibawah naungan panitia,
sehingga semua persiapan telah diurus sebelumnya. Menikmati perjalanan ini
bersama seorang guide yang menjelaskan tentang aturan-aturan selama tour ini
yaitu wajib membawa paspor serta dilarang memotret/video di area tertentu.
Untuk memasuki wilayah DMZ ini petugas
akan mencatat nomor dan nama paspor dan akan dilakukan pemeriksaan di gerbang
utama oleh militer Korea. Seringkali guide tour mengingatkan kami semua yang
ada di dalam bus untuk tidak memotret di area yang dilarang keras untuk difoto
karena nantinya akan membuat sebuah kecurigaan tertentu.
Saya berada satu rombongan dengan Chotong
Chantavilay atau Joni dari Laos serta Mehak khalil dari Pakistan meringkih-ringkih
kepanasan karena ternyata sebagian nya mesti jalan kaki. Menanjak,
menuruni beberapa anak tangga, dan melewati sebuah jembatan yang pada bagian
ujungnya terdapat kain-kain berbagai warna yang memisahkan administratif kedua
negara ini. Area pertama kami kunjungi adalah DMZ Theater. Menyaksikan sebuah film dokumenter
yang menceritakan awal terjadinya perang Korea Utara dan Korea selatan, dan
bagaimana keadaan perang waktu itu. Cerita berawal dari berakhirnya perang
dunia ke dua dan semenanjung korea dibelah dua menjadi utara yang disponsori
Uni Soviet dan selatan oleh Amerika. Perang Korea dimulai dengan
penyerbuan utara pada 25 juni 1950 dan berakhir pada 27 juli 1953 dengan
semacam gencatan senjata. Dengan inilah DMZ diciptakan dimana ada semacam
daerah penyangga selebar 4 km. Namun gencatan senjata ini sendiri tidak pernah
dituntaskan dengan perjanjian perdamaian.
Setelah dari DMZ thater, kami bergegas menuju Dora Observatory mengikuti sang guide karena tidak
ingin tersasar di tempat ini. Disini kita bisa meneropong wilayah perbatasan Korea
Utara dengan teropong koin. Tergambar jelas lanskap alam Korea yang begitu
menakjubkan. Dengan deretan perbukitan yang menghijau, terlihat sebuah
permukiman atau sejenis desa di area perbatasan tersebut.
Setelah dari perbatasan, kami menuju tempat terakhir
yang bernama Dorasan
Station. Dari
penjelasan guide katanya dahulu stasiun
ini untuk melayani pengiriman barang antara Korea Utara dan korea Selatan,
namun pada 1 Januari 2008 Korea Utara menutup secara sepihak jalur ini. Di
stasiun ini juga terdapat beberapa toko kecil dimana kita bisa membeli
oleh-oleh atau pun hanya sekedar minta cap stempel. Lumayanlah buat
kenang-kenangan hehe.
With Joni from Laos (ki-ka : Yoni and Joni) haha
Akhirnya kami menuntaskan perjalanan DMZ tour
hari ini sekaligus mengakhiri petualangan kami di Korea. Kembali ke asrama
masing-masing dan menyiapkan diri untuk beranjak pulang ke negara masing-masing
esok harinya.