Friday, February 28, 2014
Kicau
burung dan kokok ayam sudah terdengar menghiasi pagi. Pagi yang akhirnya dapat
kunikmati kembali di tanah ini ; Kerinci. Yang kata orang merupakan sekepal
tanah surga yang tercampakkan ke bumi. Ah, entah apapun alasannya, yang pasti
Kerinci memang menyuguhkan pemandangan yang elok di mata. Tak akan pudar rasa
cinta dan tak akan pernah lelah kaki melangkah untuk menyaksikan panorama
keindahan yang disuguhkan alam semesta.
Pagi
menyambut hari bersama sekawanan embun berkabut yang sedang bersenandung mesra.
Berarak melintasi deretan punggung Bukit Barisan. Dingin.
10.00
Setelah menyusuri
hamparan sawah yang menghijau, berjuang melawan angin pagi yang sedikit lebih
genit kali ini, setelah menempuh 5 km perjalanan akhirnya waktu mengantarkan ku
hingga sampai di Kota Sungai Penuh, kota penuh kenangan selama SMA yang
menghiasi hari-hariku. Dulu. Kini Kota Sungai Penuh membawa aura tersendiri
bagiku, bukan saja karena baru kali ini aku dapat bersua lagi dengan Pasar
Tanjung Bajure. Dengan terminalnya, atau dengan aneka jajanan murah meriah di
pasar, tapi kota inilah yang menjadi tempat penelitian untuk menyelesaikan
strata 1.
Sedikit nostalgia masa
lalu,dengan berjalan menyusuri gang-gang pertokoan kecil nan sempit yang
kurindukan. Terminalnya pun tak terlalu banyak berubah, hanya ada tambahan
pagar yang membuatnya lebih terlihat elegan.
10.45
Setelah menunggu tiga
orang personel yang tak kunjung datang, akhirnya berangkat menuju desa Pelompek
dengan mobil angkutan berwarna putih. Tak sama dengan diBogor, disini bukan
kita yang diperebutkan angkot, tapi kita lah yang harus pandai-pandai memposisikan
diri agar mendapatkan angkot agar tidak ngetem terlalu lama.
Oh ya, saya lupa
menceritakan perjalanan melihat bumi Allah kali ini. Tujuan kami adalah menuju
Desa Pelompek yang menjadi pintu masuk menuju kawasan Danau Gunung Tujuh. Danau
Gunung Tujuh merupakan salah satu objek wisata alam yang harus kamu kunjungi
jika sampai di Kerinci. Danau tertinggi di Asia Tenggara ini terletak di atas
gunung, sehingga perlu perjuangan khusus untuk mendakinya. Danau Gunung tujuh mempunyai luas sekitar 960 hektar dengan panjang 4,5
km, serta lebar 3 km. Ketinggian danau tersebut berkisar 1,950 meter di atas
permukaan laut dan termasuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat.
Dinamai Danau Gunung
Tujuh karena dikelilingi tujuh puncak gunung di sekitarnya. Gunung-gunung
tersebut, di antaranya Gunung Hulu Tebo (2.525 meter), Gunung Hulu Sangir
(2.330 m), Gunung Madura Besi (2.418 m), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai
jenis lumut (2.350 m), Gunung Selasih (2.230 m), Gunung Jar Panggang (2.469 m),
dan Gunung Tujuh (2.735 m).Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik yang indah dan
sangat mempesona yang tercipta karena proses letusan gunung api, yaitu Gunung
Tujuh. Letusan gunung tersebut menyebabkan terbentuknya sebuah kawah besar yang
kemudian terisi oleh air hujan sehingga membentuk sebuah danau. Danau Gunung
Tujuh mengaliri beberapa sungai di Jambi, salah satu bermuara di Sungai
Batanghari yang akan sampai di Selat Berhala. Mungkin ini adalah salah satu
alasan logis mengapa Kerinci disebut Sekepal tanah surga yang tercampakkan ke
bumi.
11.15
Deru mesin putih ini
berhenti di pasar Siulak. Agak macet sedikit karena di pasar tradisional ini
banyak angkot dan mobil yang berjejer dipinggir pasar. Dari kejauhan terlihat
lah bukit tengah yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kerinci yang baru
setelah berpisah dengan Kota Sungai Penuh sedang giat-giat nya membangun. Semoga
bisa menjadi Kabupaten percontohan di Indonesia ya. Amin.
11.47
Perjalanan terus
berlanjut, dan yang pasti mata tidak akan pernah mau rugi untuk berkedip walau
sedetik, hati tak akan lupa bersyukur bertasbih atas keindahan semesta raya
ini. Hamparan sawah yang menghijau, kemudian akan bersua dengan pucuk-pucuk casiavera
yang memerah berkilau ditimpa sang surya, semerbak harum mewangi bunga kopi
robusta dan hamparan kebun teh terluas di dunia yang berundak-undak terbentang
luas bak permadani yang silih berganti menancap dimata. Ah, indah nian ciptaan
tuhan.
12.40
Akhirnya kami sampai di
Lubuk Pauh sebelum Desa Pelompek. Dinginnya sangat luar biasa, kami singgah di
rumah pak khairul porter yang akan menemani kami menuju Danau Gunung Tujuh.
Disuguhi makan dengan ikan dan tahu segar yang cukup luar biasa untuk mengisi
perut.
13.01
Setelah shalat, kami
bergegas menuju pasar Pelompek untuk membeli makanan dan perbekalan. Kutatap
langit siang ini, waw masih berkabut berselimut mesra. Dingin. Menusuk hati.
Sedingin skripsi yang tak rampung-rampung juga.hehe.. Yang pasti,suasana di
siang hari ini hampir sama dengan dingin Tokyo ketika mengunjungi februari
tahun lalu. Syahdu. Pilu. Menyayat hati.
Pasar Pelompek
14.03
Dengan berbekal
semangat gegap gempita, kami berangkat menyusuri rumah-rumah penduduk dan jalan
desa untuk mengawali perjalanan. Menuju rumah pak less porter kedua yang akan
menemani perjalanan kami. Disini sempat terpikir akan konsep pariwisata terpadu
yang pernah dicananangkan dalam sebuah paper saya bulan lalu, bahwa
keterlibatan penduduk lokal adalah syarat mutlak agar wisata dapat berkembanga
dengan baik. Ah, nanti. Semoga suatu saat nanti, benar-benar bisa mengabdi
disini. Kerinci. Untuk kemajuan kampung halaman tercinta setelah “mencuri” ilmu
di tanah Bogor. Yes, pasti.
#Bersambung
Dibawah langit Kerinci yang mendung
@ElviandriYoni