Tuesday, January 28, 2014
“Maka, jika
kau mampu, jadilah hujan dan bandang, dengan airnya kau gerus semua kebathilan
dan kemunkaran. Maka jadilah badai dan gelombang, yang akan kau gunakan
kekuatannya untuk memerangi keburukan. Tapi jika tak mampu, tak mengapa. Kau
jadi saja setetes embun di ujung-ujung daun. Menyegarkan mata yang memandang,
dan menghapuskan dahaga rumput-rumput yang meski liar, tetap memerlukan
sentuhan. Jadilah setitik air yang melampangkan harapan serta kehidupan.”-Herri
Nurdi-
Perjalanan menuju Tanjung Layar
5.30
Deburan ombak
membangunkan kami di pagi yang masih semu ini. Suaranya terdengar parau,
mengaung memanggil kami untuk segera menghampirinya lagi.
Semua terbangun,
dan taraa.... kita kehilangan matahari (lagi) yang dicari. Sunrise telah
meninggalkan kami dengan hanya meninggalkan jejak kilau peraknya di ufuk timur.
Rencana tadi malam untuk menyusuri pantai di pagi hari mengejar sunrise gagal.
Ah, mungkin ini pertanda agar suatu saat nanti kami bisa mengejar dan
menyaksikannnya lagi disini. Amin.
Akhirnya, kami
pun duduk leha-leha sejenak, di saung depan homestay disaksikan balutan simfoni
pagi antara hijau nya sawah yang terbentang dengan merdu burung yang berkicau.
Menyatu riang. Dan kami pun hanyut dalam lamunan masing-masing. Imajinasiku
kembali liar, membayangkan suatu saat nanti akan duduk lagi disini, bersama
keluarga tercinta. Memandang pagi bersama secangkir kopi hangat bersama dua
orang buah hati dan istri tercinta. Terlalu indah untuk dibayangkan teman.
#tsahaa haha ^^
Ciwi-ciwi lagi berpose
6.30
Kami bergerak
menyusuri pantai. Menyaksikan ombak-ombak yang saling berkejaran. Jejak kami
terukir di pasir putih ini, bersama angin pagi yang membelai begitu mesra.
Pantai Ciantir
masih terlihat lengang dari peradaban manusia.
hanya ada kami, ya kami. Dan lagi-lagi terasa begitu indah nian karunia
tuhan ini untuk tidak disyukuri.
Mentari pagi
masih terlihat sayu di pelupuk mata,memamerkan senyum sumringah, picing.
7.15
Perjalanan
dilanjutkan menuju Tanjung Layar. Satu dua kali kami bertemu dengan beberapa
orang yang sedang memancing. Yang menjadi penunjuk arah kami. Oh ya, perjalanan
kali ini kami tidak menggunakan guide seperti yang banyak dilakukan banyak
orang. Namanya juga backpacker, selain kocek pas-pasan ala mahasiswa, kami
ingin lebih liar menyatu dengan alam. Sebuah perjalanan yang nyasar sekalipun
akan terasa menjadi indah seperti ini karena kami lalui bersama. #Sosweetkan^^.
Bagi yang takut nyasar, kalian bisa menyewa guide yang biasanya ada disetiap
homestay. Sewanya bergantung pada keahlian tawar menawar dan saling nego.
Biasanya berkisar antara 70-100 ribu tergantung banyak spot yang akan
didatangi. Bagi yang tidak suka jalan kaki, bisa menyewa ojek yang tentunya
jauh lebih mahal, ke pantai Lagoon Pari saja bisa sampai 50.000. Wajar, karena
yang akan dilalui juga tidak mudah, naik turun bukit untuk mencapainya.
#Pelajaran12 : Merasa ngga enakan itu perlu, namun
sesuaikan dengan kondisi. Dalam perjalanan yang selalu memunculkan banyak
kemungkinam seperti ini, hemat dan nyaman adalah dua faktor utama yang harus
jadi pertimbangan
8.20
Kami sampai di
Karang Bereum yang tadinya kami anggap sebagai Karang Taraje. Air terjun
tercipta dari gelombang-gelombang besar yang pecah terhantam karang. Lalu meliuk-liuk
menari, fantastis. Mungkin ini yang dikatakan liu eng, salah satu teman saya
dari Beijing yang pernah berkunjung ke Sawarna bahwa gelombang pantai selatan
memang sangat memukau. Mungkin sang ratu sedang menyambut kedatangan kami
seraya berkata : “Welcome to the life”.
Pesona Karang
Bereum ini tak kalah dengan Karang Taraje, gemericik airnya yang khas membuat
kitapun tak sungkan untuk berlama-lama. Apalagi ditambah dengan
kepiting-kepiting nakal yang sering dijumpai di karang bersama gelombang.
9.10
Tak terasa satu
jam lebih bermain dengan gelombang Karang
Bereum dan akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah
warung yang terletak persis di depan pantai. Warung sederhana seperti
kebanyakan di pesisir pantai beratapkan seng dengan kayu sebagai penopangnya.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya hidup keluarga kecil ini. Silih
berganti bisa menyaksikan keindahan ciptaan tuhan dengan mudah. Bagi mereka
mungkin sudah bosan. Namun tidak bagi kita dan khususnya orang-orang yang
berkutat di perkotaan tentunya hal semacam ini ibarat surga dunia yang jangan
pernah dilewatkan.
Menerjang badai @Karang Bereum
Dan pengisi
perut pagi ini adalah mie goreng dicampur kuah masakan si ibu warung. Nah dari
sini pula saya mendapatkan resep makan mie gaya baru, dan tentu saja yang
mengenalkan nya adalah Fiki dan Aul. ^^
Nah ini juga kali pertama dan semoga bukan yang terakhir di tahun ini,
menyeduh mie goreng ini dengan hati yang damai, tentram. Rasanya separo jiwa
saya telah tenggelam bersama derasnya gelombang. #Halah hehe ^^
10.05
Setelah pamit kepada
ibu warung dan meminta tolong di foto bersama, kami pun segera bergegas menuju
pantai Lagoon Pari. Letaknya tak terlalu jauh, perjalanannya pun tak akan
begitu lama. Tentunya dengan pengecualian kalau tidak banyak berhenti untuk
foto-foto. Hehe. Tapi rasanya ya sayang sekali jika momen indah seperti ini
dibiarkan berlalu begitu saja.
Ini di depan warung ibu.Fotografernya langsung si Ibu
Jika dikanan
kami adalah hamparan karang yang cukup luas, maka di sisi kiri kami adalah
pepohonan yang cukup banyak melambai-lambai diterpa angin. Vegetasi hijau
dipadu dengan biru nya laut menciptakan suatu harmonisasi yang sempurna.
Hingga
sesampainya kami di Lagoon Pari, saya, bagus, dan Hafizh tak kuasa menahan
hasrat untuk tidak menceburkan diri laut selatan ini. Gelombangnya cukup besar,
karena langsung berhadapan dengan Samudera Hindia, namun masih bisa dipakai untuk
berenang dan surfing. Dan lagi-lagi sayapun jadi teringat film Life of pi yang
berlayar mengarungi samudera seorang diri hingga terdampar di pantai Mexico.
Nah apakah kami akan bernasib sama dan terbawa hingga ke Australia? Wah jangan.
Belum saatnya.hehe
Berkejaran dengan gelombang Lagoon Pari
10.35
Sebelum pulang,
tak lupa kami memesan kelapa muda segar yang nikmatnya luar biasa. Hanya 5000
rupiah per porsi. Dan kelapa ini pun special karena baru saja di petik langsung
dari pohon nya. Ah, akhirnya bisa merasakan sejenak hidup sebagai anak pantai.
Setelah penelitian saya berubah dari lanskap pesisir ke lanskap sejarah
hehe.Berbicara tentang lanskap pesisir maka mau tidak mau harus teringat ke
mangrove, ekowisata dll yang menemani petualangan mimpi saya selama 2 tahun
terakhir sekaligus membawa saya di tahun lalu ke 3 musim pergantian waktu yang
sebenarnya sudah disiapkan untuk menjadi skripsi, hehe. Ah hanya sebatas
perkara waktu.
Laskar putih-putih di Lagoon Pari
11.15
Akhirnya kami
pulang. Meninggalkan Lagoon pari dengan segala keeksotisannya. Persis sama
kayak Ninja hatori, mendaki gunung melewati lembah. Dengan rute yang berbeda,
karena sudah tidak mungkin menyisiri pantai karena matahari kian meninggi.
Lanskap yang
tertata cukup indah, bukit dan laut adalah dua komponen yang seolah menyatu
dengan apiknya. Sawah terasering terlihat rapi bertumpuk satu sama lain. Nah
sebagai anak pertanian, haram hukumnya jika selama perjalanan ngga belajar
langsung dari alam. Toh anggap saja sedang berada di lapang.
Seseorang yang keluar dari rumahnya
untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Syurga
(Shahih Al jami)
Sebuah
hadist shohih diatas menjadi dasar perjalanan kami bahwa perjalanan ini tak
sebatas perjalanan liburan semata. Ya bukan. Tetapi lebih dari sekedar itu,
perjalanan mencari ilmu yang tidak kita dapatkan di bangku perkuliahan. ^^
11.36.
Tak terasa,
perjalanan ini sudah berakhir. 6 jam di pagi hari yang mengesankan. Bermodalkan
nekad dan semangat lillahita’ala. Melewati jembatan gantung dan menyusuri jalan
raya, hingga sampailah kami di homestay. Duduk seraya istirahat sejenak, lalu
makan siang bersama ala kadarnya. Aaaaa merindukan sekali mome-momen ini . ^^
@Tanjung Layar
#Pelajaran13: Teman yang asyik di ajak travelling
adalah salah satu ciri teman yang akan jauh lebih asyik di ajak menua bersama.
#tsaaahhh ^^ #
Ini bagi yang berniat menyaksikan catatan perjalanan kami =>>
http://www.youtube.com/watch?v=R08lhc12tog
#Bersambung...