Friday, January 31, 2014
4
Agustus 2013
6.00
Bogor diselimuti kabut.
Tak kurang dari seminggu Idul Fitri akan datang memanggil. Takbir akan
berkumandang dimana-mana namun tampaknya
ini kali ke-dua tidak berlebaran dirumah. Sudahlah. Merantau lebih indah.
Depan rumah mba Elis
Dan hari ini, memulai
perjalanan dengan telat bangun. Hujan yang mengguyur Bogor nampaknya membuat
kami sangat terlelap dalam buaiannya.
Hari ini di kosan Cuma ada saya, Randi dan Nafar. Sementara yang lain
sudah pulang kampung lebih dahulu.
Tanpa berlama-lama kami
segera packing dadakan dan bersiap menuju Bandara. Angkot melaju kencang,
bersama deru angin yang cukup romantis pagi ini. Bersama rinai hujan Bogor yang
masih terlihat sendu.
9.02
Akhirnya, sampai Soetta
dengan selamat sejahtera. Kemungkinan terburuk yang sudah kami siapkan jika
telat ternyata tak terpakai. Alhamdulillah. Jalanan Bogor berpihak pada kami
hari ini, tak ada macet, tak ada angkot yang ngetem.
Sembari menunggu check
in, memanfaatkan waktu dengan searching-searching. Oh ya, perkenalkan rekan
seperjalanan saya kali ini adalah Randi. Namanya cukup singkat. Sesederhana
orangnya.
12.00
Tepat pukul tengah
hari, mesin terbang ini berangkat. Ini adalah perjalanan pertama ke Kalimantan.
Dan tujuan utama adalah Balikpapan. Ke sebuah surga tersembunyi di tanah
Borneo.
Welcome
to Borneo.
15.00
Menyesuaikan waktu
dengan jam Balikpapan. Dan Bandara Balikpapan ini cukup indah menurut saya,
apalagi saat ini sedang ada pembangunan berupa penambahan terminal. Wah wajar
saja, kaya. Berharap dalam hati, semoga Bandara Depati Parbo Kerinci bisa
menyusul secepatnya, agar jika pulang tidak harus selalu singgah ke Jambi.
Semoga.
Kami menyusuri jalanan
aspal berkelok yang tak kami kenal ini. Berjalan ke atas mencari masjid,
suasana baru tapi panasnya ini yang membuat saya tak tahan berlama-lama.
Akhirnya dengan gaya backpacker, menghentikan angkot 07 warna hijau putih
menuju Manggar. Menuju kediaman Mba Elis kakanya Randi. Tempat kami bermalam di
Balikpapan.
16.30
Sampai di rumahnya Mba
Elis. Suasananya begitu tenang. Di depannya ada padang ilalang yang telah siap
menari-nari indah menyambut kedatangan kami. Tepat di belakang rumah Mba Elis
adalah pantai yang menghadap langsung ke Selat Makassar. Wah mungkin jika hanyut
bisa sampai di pantai Punaga mungkin ya, tempatnya Irsak, Ihsan dkk. Punaga,
sebuah pantai di Takalar yang dijadikan tempat syuting Tenggelamnya Kapal Van
Derwijk di awal film. Cerita tentang
Makassar menyusul yak. ^^
17.30
Menghabiskan waktu sore
dengan berjalan menyusuri perumahan sekitar. Mencari tempat Taraweh malam ini.
dan ketemu ibu-ibu di warung ternyata orang Solo. Ngobrol lah kami, panjang
lebar, hingga akhirnya waktu jualah yang memisahkan. Melanjutkan langkah
mencari perbekalan untuk buka puasa. Dan satu kelebihan berada disini adalah
waktu buka puasa yang lebih cepat dari Bogor. Nikmat kan .
21.00
Sepulangnya dari
Taraweh kami duduk di beranda rumah.Merasakan semerbak angin pantai yang
mengaung-ngaung. Menderu-deru berkejaran dengan dedaunan yang banyak terjatuh
kemuka tanah. Ditemani gemerlap bintang yang mengangkasa. Disini, kami
bercerita tentang cita-cita berdo’a penuh harap agar perantau dari Sulawesi dan
Sumatera ini tidak sia-sia datang kesini.
23.00
Mba Elis pulang. Si
kecil Nola telah tertidur pulas. Ditemani secangkir kopi, masih melanjutkan
banyak cerita disini. Tentang perjalanan Mba Elis hingga sampai di Kalimantan,
tentang karir dan juga tentang banyak hal.
Dan tiba-tiba imaji ini pun melayang lagi, teringatlah tentang dia,
tentang Selat Sunda dan tentang jarak yang memisahkan. Ah, cinta. Tunggu aku
pulang.
#Bersambung.