Friday, January 24, 2014
23 Januari 2014
Gerrald L. Coffee
4.00
Pagi masih terlihat
sendu. Sendu sekali. Hujan Bogor nampaknya awet sekali bulan ini, seolah ingin
mengukuhkan kembali identitas dirinya sebagai kota hujan. Dan seperti biasa,
jika akan melakukan sebuah perjalanan maka hampir bisa dipastikan bahwa saya
tidak akan telat bangun ketika subuh. Apalagi saat ini adalah saat-saat yang
dinantikan setelah solo travelling Tour Jawa-Sulawesi pada januari 2012 lalu.Walau
faktanya aura pagi dan kenyamanan yang
diberikan kamar ini tetap memaksa saya untuk tetap terlelap dalam mimpi indah. Dalam
nyanyian hujan yang mengharu biru.Akan tetapi Seolah-olah ada bom atom yang akan
segera meledak dan harus segera dilepaskan. Tak bisa tertahan. #Pelajaran
1. Sebuah perjalanan akan memaksamu untuk lebih disiplin minimal terhadap
diri sendiri.
5.10
Setelah beres –beres barang
yang hendak dibawa, segeralah membangunkan 4 personel lainnya. Yang semuanya
minta dibangunkan pagi ini karena takut telat. Oh ya perkenalkan lah rekan
seperjalanan saya kali ini. Adalah
Aulia Citra UtamiBagus Dwi Utama
Fikriyatul Falashifah
Abdul Hafizh Al-hakim
Dan tak ketinggalan ada, aa Yoni ^^
Yoni Elviandri
Jangan tanya bagaimana
ceritanya sehingga kami bisa dipertemukan menjadi sebuah team. Karena sejarah
nya cukup panjang ^^ . Telah mengalami banyak sekali bongkar pasang anggota
selama jangka waktu 2 minggu rencana. Dan hingga terkahir jadilah kiranya kami
berlima ini yang tetap istiqomah untuk melakukan perjalanan . hehe Yang pasti,
kesamaannya adalah kami sama-sama mahasiswa tingkat akhir yang sedang butuh
suatu hiburan untuk refreshing dan mengasingkan diri dari gemerlap kampus dan
tugas dunia. Sebut saja, Rihlah Tafakur alam. ^^
6.00
Bersiap menuju BNI
Darmaga, meeting point untuk keberangkatan. Dan langitpun seolah masih tak
terlalu ikhlas untuk melepaskan kepergian kami, rintik-rintiknya menebarkan bau
basah khas yang tertanam di muka tanah. Baru saja melangkahkan kaki di pintu
kosan, datanglah pesan singkat dari Hafizh yang mengabarkan kalau dia terlambat
bangun karena kesiangan, dan sekarang masih berada di Depok. Dan taraaa alhasil
perjalanan ditunda satu jam menjadi jam 7.00.
Bagus, Aul, dan Fiki ternyata
sudah siap siaga di depan jalan raya, nampaknya mereka sedang merasakan aura
romantisme dengan sengaja membiarkan dirinya diguyur hujan ^^. Sembari menunggu
Hafizh, akhirnya kami mengisi perbekalan
perut dengan lontong mamang di depan BNI. #Pelajaran2
: Usahakan jangan bergadang jika esok harinya akan melakukan perjalanan,
karena istirahat yang cukup adalah kunci ideal agar stamina tetap terjaga, dan
juga biar tidak telat bangun ^^
7.34
Perjalanan menuju
Baranangsiang dihiasi dengan macet yang cukup panjang. Angkot biru-hijau terlihat
meliuk-liuk memenuhi jalanan yang telah basah. Di dalam angkot, saya rasa tak
perlu lagi diadakan sesi perkenalan, karena nampaknya mereka sudah kenal satu
sama lain, secara gitu aktivis kampus semua beroo. Kece-kece pula, hehe. Segala
topik pembicaraan pun masuk, termasuk ketika ngegosipin orang, wah ini nih yang
paling keren semuanya. ^^
@Laladon, menunggu 03 yang tak kunjung datang
Oh ya, kali ini saya
bertindak sebagai penunjuk arah perjalanan (bahasa kerennya sih) , walaupun
sebenarnya saya pun belum pernah sama sekali melakukan perjalanan rute ini.
Namun inilah nikmatnya backpacker, banyak berjalan, banyak yang dilihat, banyak
dirasakan, banyak falsafah ilmu kehidupan yang dapat kita ambil juga darinya.
8.40
Sampai di
Baranangsiang. Dan prediksipun benar bahwa kami akan terlambat. Sangat
jauh dari rundown yang telah dibuat. Oh
ya, untuk menuju Sawarna, rute yang harus ditempuh adalah Bogor-Pelabuhan
Ratu-Sawarna. Jadi kita bisa memulai dari segala arah. Sebenarnya pilihan kami
jatuh kepada Stasiun Bogor Paledang,
dengan menaiki KA Pangrango akan menyusuri kota hingga berhenti di
Stasiun Cibadak, lalu dilanjutkan dengan menaiki bus menuju Pelabuhan ratu.
Akan tetapi nasib berkata lain, tiket kereta telah habis, jadilah alternatif
kedua melalui Baranangsiang-Pelabuhan Ratu.
#Pelajaran3
: Rencanakan perjalanan dari jauh hari. Karena persiapan yang matang adalah
ciri sebuah perjalanan yang baik.
Pilihan ketiga, bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Akan tetapi kami lupakan opsi ini, karena niatnya adalah untuk mencari
pengalaman, bertemu dengan banyak orang dan
merasakan sensasi diberbagai tempat sebagai seorang pejalan.
9.33
Akhirnya bus ekonomi
putra bahari ini berangkat juga, dengan 30.000 dan AC alami. Tujuan awal adalah
naik MGI, namun kata si abang-abang kernek MGI telah lama berlalu, jadi harus
menunggu lebih lama lagi. Dan ternyata jengg...jengg....jenggg tepat didepan
mata MGI berlalu lebih dahulu, dan ketahuan sudah jika si abag bohong. Okelah
tak apa. Anggap saja berbagi rezeki. #Pelajaran4:
Jangan gampang percaya sama kernek bus.
Jual mahal dikit ndak masalah lah broo.
Hujan Bogor kian
menjadi, menjadi penggiring perjalanan kami. Berpadu dengan mesin bergerak ini
yang nampaknya sudah cukup tua. Kutatap satu persatu rekan seperjalanan, ah
nampaknya mereka sudah terlelap dibuai hujan dengan gaya masing-masing. Ada
yang meluk carier seolah memeluk seseorang #eheem, ada yang ngangguk-ngangguk, bersenderan
ada juga yang manis sekali seolah minta di foto ketika tidur. :P
Ini yang biki telat, ngetemnya super lama, tapi tak masalah, belajar jadi orang sabar ^^
Berpose dulu ya
10.30
Macet diperjalanan
antara Bogor-Sukabumi. Panjangnya melebihi macet laladon- baranangsiang tadi.
Aku teringat kata bang Heru Susetyo, penulis buku Muslim Traveller bahwa
hakikatnya sebuah perjalanan itu harus memiliki nilai. Entah nilai yang
bersifat transenden ataupun idealis, sehingga ia tak sebatas menikmati sebuah
pelesiran. Pun jua dengan perjalanan kami kali ini, secara rinci saya tidak
mengetahui persis yang mendasari tujuan dan motivasi perjalanan teman-teman.
Yang pasti, salah satu tujuan saya adalah mengejar matahari. Berburu dengan
ombak samudera Hindia, membidiknya dengan lensa kamera. Lalu mendamaikan jiwa
bersama kilauan pedaran nya.
Mengejar matahari. Ya,
itu !
11.00
Macet ternyata membawa
berkah, mungkin inilah salah satu cara tuhan untuk membagikan rezeki ke tiap hambanya.
Macet menjadikan peluang pedagang asongan masuk kedalam bus lebih banyak. Berusaha
mencari rezeki di sebuah waktu yang bagi orang kebanyakan bahwa macet ini
menyebalkan !
Disinilah kita dapat
belajar tentang hidup dan menghargai materi yang dipunya untuk tidak di
hambur-hamburkan. Bahwasanya mencari sekeping receh 500 perak itu tidaklah
mudah. Alangkah indahnya negeri ini jika yang kaya mau sedikit berbagi, dan
yang sedang membutuhkan mau sedikit ikhlas menerima dengan lapang. Ah, saya
jadi teringat kelakuan para koruptor sialan yang banyak di negeri ini untuk
memperkaya diri sendiri. Secara konsep hidup, mereka yang menjadi pedagang
asongan jauh ini lebih mulia daripada koruptor-koruptor itu !
#Pelajaran5:
Banyak cara untuk berbagi, salah satunya adalah dengan melakukan perjalanan
seperti ini.^^
11.36
Kami baru sampai di
terminal Cibadak Sukabumi. Dan akhirnya tepat diatas kami, matahari berkilau
sangat cerah di langit Sukabumi. Hati riang, tentu. Dan semoga matahri ini
bertahan hingga sampai di Sawarna nanti.
Salah satu yang saya
suka dari Sukabumi adalah warna angkotnya yang berwarna-warni. Kayak lolipop.
Imut dan cantik. Beda trayek beda warna, aww sebuah konsep yang bagus karena
manusia tipe saya lebih peka dengan warna daripada angka. Warna ungu, putih,
merah muda, hijau, dan warna lainnya, rasanya mau dijejerkan dan dikoleksi
satu-satu.
#Pelajaran6.
Ini bukan hanya tentang warna. Tapi tentang gairah hidup. Yang tidak disemua
tempat dapat kita temui.
14.00
Sampailah kami di Terminal
Pelabuhan ratu. Sesuai prediksi, kami telah terlambat sangat lama, Elf menuju
sawarna yang ada satu-satunya itu telah berangkat. Kini mau tidak mau harus
menggunakan jasa angkot carteran atau naik elf menuju Bayah dengan tarif 40,000
per orang.
Oh ya, agar tidak
senasib dengan kami. Ada baiknya, sampai di pelabuhan ratu sebelum jam 11. Karena
Cuma ada satu elf yang langsung menuju Sawarna, letaknya biasanya di pojok
pinggir warna hitam. Karena terlambat,
saya mencoba menelepon aa Cinang, penduduk stempat namun beliau tidak mengangkat, ya sudah
akhirnya kami putuskan untuk carter elf dari Pelabuha ratu-Bayah-Sawarna.
Memutar dan pastinya akan jauh lebih lama.
Jika tidak mau memutar,
kita tetap bisa menaiki elf jurusan bayah dengan tarif 25.000 lalu berhenti di
pertigaan Ciawi, nah darisana bisa naik ojek sekitar 35.000 an. Namun karena
kami adalah para backpacker jadi harus mengatur strategi agar semurah mungkin. Yang
penting harus jago nawar dan menarik hati. Taktik Sok Kenal Sok Dekat atau
bahkan Sok tau memang harus dipergunakan dalam keadaan kepepet seperti ini,
karena sejatinya Backpacker juga melatih diri agar terbiasa dengan tekanan
seperti kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi.
#Pelajaran7
: Harus menyiapkan banyak rencana serta antisipasi kemungkinan agar perjalanan
tetap bisa lancar jaya.
14.25
Terminal Pelabuhan Ratu
cukup lengang sore itu. Namun jangan salah, akan sangat ramai jika orang-orang
seperti kami datang. Kita akan diperebutkan, bak berada di lautan, maka kami
adalah permatanya. nah disinilah harus pintar berkilah, dan belajar “menolak”
dengan cara halus agar orang lain tidak tersinggung.
Ah terminal. Sudah lama
sekali tidak merasakan aura petualangan seperti ini, mengendap-endap diantara
bus dan angkot, berbaur dengan pasar tradisional yang aduhai, serta merasakan bau
terminal yang bagi sebagian orang menjijikan.
Sebelum menuju Bayah
Dan perjalanan ini
semakin indah karena faktanya hari ini, saya tidak melakukan petualangan
seorang diri seperti dua tahun lalu. Ada empat orang mahkluk kece yang harus di
jaga dan disayangi hehe lebih tepatnya saling menjaga. Sehingga perjalanan
singkat ini terasa sangat bermakna.
Hidup bukanlah suatu tujuan. Hidup adalah suatu perjalanan. Kita semua
menemui tikungan dan belokan yang tak terduga, puncak gunung serta
lembah. Semua yang terjadi pada kita membentuk diri kita sekarang. Dan
dalam petualangan setiap hari, kita menemukan kualitas terbaik di dalam
kita.
*Bersambung..