Tuesday, November 19, 2013
Gerimis cukup syahdu
menari-nari di langit Bogor. Suara takbir sudah menggema sedari tadi pagi di
seantero Dramaga dan sekitarnya.
Selepas
shalat Idul Adha di kampus, bergegas packing barang-barang yang akan dibawa
selama mengikuti KEM 2013. Ini bukan yang pertama hari lebaran namun tidak mencicipi
rendang, dendeng batokok dan semua aroma masakan kampung halaman, sungguh bukan
yang pertama. Namun akan menjadi yang paling pertama ketika hari ini aku tidak
berada di kampus malah pergi ke Jakarta dan tidak merasakan aura Idul Adha
kampus untuk pertama kalinya.
Berangkat dengan satu
buah tas carrier dan tas jinjing yang sebelumnya tak kurencanakan. Planning
semula hanya hendak membawa satu tas saja biar tak repot ternyata harus nambah
jinjingan karena barang yang ternyata bertumpah ruang. Ah, rencana yang gagal.
Hari-hari sebelumnya
tak terpikirkan untuk packing, karena disibukkan dengan mencari biji kopi asli
Bogor sebagai salah satu persyaratan yang harus dibawa. Sudah mengelilingi
kebun kopi kampus tak ada yang berbuah, keliling pasar tradisional di Bogor
juga tak bersua. Alhasil ujung-ujungnya ke Mall dan beres sudah. Walaupun nggak
asli-asli amat :D
Seharusnya hari ini
saya berangkat bersama Ihsan, salah satu peserta yang berhasil mewakili Unhas
yang entah mengapa kami bisa dipertemukan di kompetisi ini. Kalau di
sinetronkan mungkin bisa diberi judul “ Teman lama yang bertemu kembali” :D Dia
sudah datang dari Makassar tadi malam, namun membatalkan keikutsertaan karena
suatu kompetisi lain. Entahlah ini suatu kebetulan, untungnya pesanan kopi
Toraja saya berhasil ia bawa, sehingga saya tak perlu membawa kopi lebih banyak
lagi. :D
Berangkat mencari
angkot Kampus Dalam dan 02 menuju Stasiun. Dan perjalananpun dimulai..
...
Dalam perjalanan,sudah
berkali-kali kuyakinkan diri, bahwa ini adalah keputusan yang paling baik yang
aku pilih. Dilema. Tentu. Aku telah memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi karena mengikuti KEM. Durasi selama 2 minggu dan itu aku
harus meninggalkan bangku perkuliahan dengan tugas dan segala praktikum yang
menggunung. Belum lagi status mahasiswa tingkat akhir yang sudah ditangan
menambah segala perhitungan baik buruk dalam hati. Masalah perizinan, tugas
yang pasti semuanya akan sulit. Namun yang pasti, bukankah kesempatan tidak
datang dua kali? Mungkin saja datang, tapi apakah aku masih siap waktu itu? Hmm
sudah dua tahun menunggu, dan kali ini berhasil lolos menjadi 32 besar apakah
harus kusiasiakan? Tentu bukan sebuah keputusan yang mudah.
Hingga seperti yang
kukatakan tadi, menjadi Indonesia bukan hanya sekedar kompetisi esai, tapi
kompetisi mengalahkan segala ketakutan dan kompetisi untuk menentukan pilihan.
Dan yang pasti, jika saat itu kuputuskan untuk tidak mengikuti KEM. Yang pasti
tidak akan ada kisah dan tulisan ini :D :D
Sebenarnya, bisa saja
aku tak harus ke Jakarta, karena tempat pelatihan juga akan dilaksanakan di
Puncak, Bogor. Tapi tak afdhol rasanya jika tak mengikuti dari awal. Hingga
sampailah aku di Stasiun Gondangdia. Tempat pemberhentian kereta dari Bogor.
Sempat bingung sejenak, pernah ke Gambir dengan jalan kaki, namun ternyata
cukup jauh juga, hingga akhirnya memutuskan untuk naik taxi, karena waktu sudah
pukul 11.00 WIB. Cari aman saja.